Kamis, 06 Desember 2007





Rabu, 05 Desember 2007 16:56:00
Ilmuwan: Kaum Pria Secara Insting Serakah

Hamburg--RoL--Kaum pria secara insting bersifat serakah. Apabila mereka mendapatkan keuntungan lebih dari orang lain, padahal didapat secara tidak fair, hal itu akan membuat mereka menjadi merasa hebat dan bahagia. Demikian dikatakan oleh sejumlah ilmuwan di Jerman.

Kaum umumnya merasa sedikit tak nyaman dan bersalah saat mereka mendapatkan gaji atau bonus yang lebih daripada rekan sekerjanya. Tapi kaum pria malah merasakan memperoleh kenikmatan tersendiri apabila memperoleh uang lebih dari rekan sekerja di kantor walaupun mendapatkannya secara tidak fair.

Hal itu ditemukan oleh para ilmuwan yang mempelajari dan meneliti otak kaum pria dan wanita dan melihat respons dalam satu kondisi tertentu.

Para peneliti Jerman melakukan skaning otak yang memperlihatkan bahwa seorang pria yang diberi imbalan hadiah berupa uang tambahan walaupun secara tidak fair di antara teman-temannya, akan mengalami rangsangan pada "pusat reward". Yang disebut pusat reward yaitu pusat yang merespons terhadap kondisi menguntungkan pada bagian otak, yang akan membuat pria yang merasa beruntung itu merasa keluar sebagai pemenang diantara rekan-rekannya yang dianggap sebagai saingannya , para peneliti tersebut menjelaskan.

Iluwan peneliti yang melakukan penelitian tersebut dengan cara skaning otak, mengatakan bahwa kondisi penerimaan bayaran lebih besar secara tidak fair di antara rekan-rekan sekerjanya telah membuat relawan pria yang merasa paling beruntung merasa diri sebagai pemenang dan seorang yang hebat. Hal itu membuat ia bahagia dan puas.

Pusat bagian pada otak yang merespons terhadap hal itu adalah "pusat reward" (penghargaan) melingkupi perasaan kenyamanan, bahagia, puas yang merespons terhadap sejumlah pengalaman.

Bagian otak tersebut menjadi aktif ketika menikmati makanan yang lezat, setelah mengalami pengalaman yang menyenangkan atau mencapai suaru target namun juga terjadi dalam hal saat ia mengalami ketergantungan terhadap zat adiktif.

Hasil penelitian memperlihatkan seperti yang telah diperkirakan, yaitu ketika mencapai keberhasilan dalam menjalankan tugas yang sulit kondisi itu akan menstimulir atau merangsang bagian otak yang akan merespons terhadap kondisi tersebut.

Namun dikalangan pria pengaruh atau dampak yang besar terlihat lebih pada seberapa besar ia memperoleh uang dibandingkan dengan orang lain.

Apabila perolehan uang yang lebih besar itu didapat melalui cara yang tidak fair terlihat pusat pada otak yang merespons terhadap reward bereaksi lebih sehingga menimbulkan rasa puas, bahagia serta nyaman yang lebih hebat.

Dalam penelitian dua kelompok pria yang menjadi relawan, para peserta penelitian ditanyai sejumlah pertanyaan dan sekaligus menjalankan skaning otak yang memberikan gambaran aktivitas bagian otak yang disebut "pusat reward" tersebut.

Kedua kelompok peserta itu diminta untuk memperhatikan sejumlah pernyataan yang ada pada layar monitor.
Para relawan antara lain membaca pernyataan yang menyatakan mereka akan memperoleh uang penghasilan tambahan antara 50 hingga 150 dolar, maka terlihat adanya lonjakan aktivitas bagian otak yang disebut "pusat reward" .

Setiap pria dari 38 orang peserta juga diberitahukan bahwa mereka akan menerima imbalan sejumlah uang serta jumlah uang yang diterima rekan-rekan mereka.

Gelombang magnetik memindai ke monitor atas perubahan peredaran darah ke otak. Tekanan aliran darah menunjukkan sebagian sel-sel syaraf yang aktif.

Di salah satu area, ventral striatum terlihat lonjakan ketika para relawan pria tersebut dikatakan akan memperoleh sejumlah uang. Namun jauh lebih aktif saat dikatakan mereka memperoleh uang tambahan lebih banyak dari rekan lainnya.
Pernyataan yang mengatakan mereka tak memperoleh bayaran memperlihatkan penurunan arus atau aliran darah ke otak.

Apabila dua orang relawan pria dikatakan menerima bayaran dengan jumlah yang berbeda mereka juga memperlihatkan tingkat aktivitas ventral Striatum yang berbeda pula.

Relawan yang dikatakan memperoleh jumlah uang yang paling besar memperlihatkan aktifitas dengan lonjakan yang tinggi. Sementara rekannya yang dikatakan memperoleh imbalan yang kecil atau tidak memperoleh sama sekali memperlihatkan hasil yang berbeda dengan lonjakan kecil atau ventral striatum tidak mengalami aktivitas sama sekali.

Ketua kelompok peneliti Profesor Armin Falk dari Universitas Bonn di Jerman mengatakan, "Hasil temuan kami jelas bertentangan dengan teori ekonomi tradisional."

"Hasil temuan kami mengasumsikan bahwa faktor yang paling penting adalah jumlah atau besaran dari imbalan. Perbandingan dengan imbalan yang diperoleh orang lain seharusnya tidak memegang peran apapun dalam motivasi ekonomi," katanya.

Setelah melihat bahwa faktor persaingan antar pria para ilmuwan ingin melakukan penelitian serupa kepada sejumlah relawan wanita.

Peneliti juga ingin melakukan tes dengan menyertakan sejumlah relawan dari ras dan etnik berbeda yang diharapkan akan dapat memperlihatkan apakah persaingan juga dipengaruhi oleh unsur budaya.antara/ya

Senin, 19 November 2007

Apa itu Komunikasi Terapeutik?

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi termasuk “therapeutic use of self” dan “helping relationship” untuk praktek keperawatan, sikap dan tehnik serta dimensi hubungan dari komunikasi terapeutik.

1. PENGERTIAN DAN JENIS KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik.
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulisa dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.

A. KOMUNIKASI VERBAL
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.
Komunikasi Verbal yang efektif harus:

1. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.”

2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.

3. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.

4. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.

5. Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.

6. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

B. KOMUNIKASI NON-VERBAL
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Komunikasi non-verbal teramati pada:

1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara Pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.

2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.

3. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.

4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.

5. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emosi, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.

6. Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.

2. KOMUNIKASI TERAPEUTIK SEBAGAI TANGGUNG JAWAB MORAL PERAWAT
Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang memntingkan dirinya sendiri.
Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa “human care” terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri, “Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memerlukan bantuan”. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian.

3. TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920), yaitu:

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
a. Pandang klien ketika sedang bicara
b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.
c. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan.
d. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
e. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik.
f. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua prilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian.
c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal.
d. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien. Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya”, “saya mengikuti apa yang anda ucapkan.” (cocok 1987)

3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.
4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati ketika menggunakan metode ono, karena pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.
Contoh:
- K : “saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga”
- P : “ Saudara mengalami kesulitan untuk tidur….”

5. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.
Contoh:
- “Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan”
- “ Apa yang katakan tadi adalah…….”

6. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
Contoh: “ Hal ini nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam lagi ”.

7. Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
Contoh:
- “ Anda tampak cemas”.
- “ Apakah anda merasa tidak tenang apabila anda……”

8. Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.

9. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .

10. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
Contoh:
- “Selama beberapa jam, anda dan saya telah membicarakan…”

11. Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”. Perlu mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat mengatakan demikian.”
Contoh:
- “Selamat pagi Ibu Sri.”
Atau “Assalmualaikum”
- “Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut ibu”.Dalam ajaran Islam, memberi salam dan penghargaan menggambarkan akhlah terpuji, karena berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah dan akrab.

12. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
Contoh:
- “Saya ingin anda merasa tenang dan nyaman”

13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannanya dalam interakasi ini perawat dapat menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan.
Contoh:
- “ Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?”
- “ Apakah yang sedang saudara pikirkan?”
- “ Darimana anda ingin mulai pembicaraan ini?”

14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Tehnik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan.
Contoh:
- “…..teruskan…..!”
- “…..dan kemudian….?
- “ Ceritakan kepada saya tentang itu….”

15. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.
Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama. Pesawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya.
Contoh:
- “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya”.
- “Kapan kejadian tersebut terjadi”.

16. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.
Contoh:
- “Carikan kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan dioperasi”
- “Apa yang sedang terjadi”.

17. Refleksi
“Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain.
Contoh:
K: “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter?”
P: “Apakah menurut anda, anda harus mengatakannya?”
K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahwa tidak menelpon saya, kalau dia datang saya tidak ingin berbicara dengannya.
P: “Ini menyebabkan anda marah”.

Dimensi tindakan
Dimensi ini termasuk konfrontasi, kesegaran, pengungkapan diri perawat, katarsis emosional, dan bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1995, h.23). Dimensi ini harus diimplementasikan dalam konteks kehangatan, penerimaan, dan pengertian yang dibentuk oleh dimensi responsif.

1. Konfrontasi
Pengekspresian perawat terhadap perbedaan pada perilaku klien yang bermanfaatn untuk memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1998, h.41) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi yaitu:
a. Ketidak sesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal diri (cita-cita/keinginan klien)
b. Ketidak sesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien
c. Ketidak sesuaian antara pengalaman klien dan perawat Konfrontasi seharusnya dilakukan secara asertif bukan agresif/marah. Oleh karena itu sebelum melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji antara lain: tingkat hubungan saling percaya dengan klien, waktu yang tepat, tingkat kecemasan dan kekuatan koping klien. Konfrontasi sangat berguna untuk klien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya belum berubah.

2. Kesegeraan
Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan pada dan digunakan untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya. Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera.

3. Keterbukaan perawat
Tampak ketika perawat meberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan dan sikapnya sendiri untuk memfasilitasi kerjasama, proses belajar, katarsis, atau dukungan klien. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987, h.134) ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat-klien menurunkan tingkat kecemasan perawat klien

4. Katarsis emosional
Klien didorong untuk membicarakan hal-hal yang sangat mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik. Dalam hal ini perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan maslahnya. Jika klien mengalami kesulitan mengekspresikan perasaanya, perawat dapat membantu dengan mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi klien.

5. Bermain peran
Membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien kedalam hubungan antara manusia dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain; juga memperkenankan klien untuk mencobakan situasi yang baru dalam lingkungan yang aman.

KESIMPULAN
Kemampuan menerapkan tehnik komunikasi terapeutik memrlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.

JENNY MARLINDAWANI PURBA, SKp.
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR RUJUKAN PUSTAKA
Hamid, A.Y.S (1996). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikanKanus, W.A. Et.al. (1986).
An evaluation of outcome from intensive care in major medical centers. Ann Intern Med 104, (3):410Lindbert, J., hunter, M & Kruszweski, A. (1983).
Introduction to person-centered nursing. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.Potter, P.A & Perry, A.G. (1993)
Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice. Thrd edition. St.Louis: Mosby Year BookStuart, G.W & Sundeen S.J (1995).
Pocket gide to Psychiatric Nursing. Third edition. St.Louis: Mosby Year BookStuart, G.W & Sundeen S.J (1995).
Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year BookSullivan, J.L & Deane, D.M. (1988).
Humor and Health. Journal of qerontology nursing 14 (1):20, 1988

Florence Nightingale

Florence Nightingale: Peletak Fondasi Keperawatan

Disusun oleh: R.S. Kurnia


Ketika pertama kali mendapat panggilan untuk melayani pada tanggal 7 Februari 1837, Florence Nightingale masih tidak tahu apa yang harus ia kerjakan bagi Tuhan. Meski demikian, jauh sebelum semakin yakin akan panggilannya sebagai seorang perawat, ia sangat gemar mengunjungi pasien-pasien di berbagai klinik dan rumah sakit. Hanya saja, ia mulai merasa kalau kunjungannya ke berbagai rumah sakit dan klinik itu hanya menghancurkan hati para pasien.
Sebagai keluarga yang berasal dari kalangan mapan, keinginan Florence untuk berkarier sebagai perawat mendapat tantangan keras. Ibu dan kakaknya sangat keberatan dengan jalur yang hendak ditempuh Florence. Sedangkan ayahnya, meski mendukung kegiatan kemanusiaan yang dilakukan putrinya ini, juga tidak ingin Florence menjadi perawat.
Pada masa itu, pekerjaan sebagai perawat memang dianggap pekerjaan yang hina. Alasannya:
  • Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti ke mana tentara pergi;
  • Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka sehingga profesi ini dianggap sebagai profesi yang kurang sopan untuk wanita baik-baik, selain itu banyak pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh;
  • Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas;
  • Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.

Kesempatan untuk mengunjungi Kaiserswerth tampaknya menjadi titik balik baginya. Sebuah rumah sakit yang menjadi pionir dalam perawatan telah dibangun atas inisiatif Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya. Rumah sakit ini sendiri dibangun setelah Pendeta Theodor Fliedner prihatin melihat tidak adanya rumah sakit di kebanyakan kota. Rumah sakit yang kemudian juga menjadi tempat pelatihan para diaken ini, menjadi tempat bagi para wanita untuk belajar teologi dan keperawatan -- mengikuti model pelayanan gereja Kristen mula-mula. Florence berkunjung ke rumah sakit ini pada tahun 1846 dan setahun berikutnya, ia kembali ke sana untuk menempuh pendidikan keperawatan.

Meski demikian, ia harus menanti cukup lama hingga ia bisa menjadi seorang perawat, yaitu sekitar lima belas tahun. Waktu yang sedemikian ini belakangan diyakini Florence sebagai kehendak Tuhan yang menyatakan bahwa dirinya harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum terjun sebagai seorang perawat.


BERPERAN DALAM PERANG CRIMEA

Pada saat berusia 34 tahun, Florence berkesempatan untuk berbagian dalam Perang Crimea sebagai perawat. Saat itu, Perancis, Inggris, Kerajaan Sardinia, dan Kekaisaran Ottoman berperang melawan Kekaisaran Rusia. Tiba bulan November 1854 di Barak Selimiye, di Scutari dengan 38 rekan-rekannya, Florence melihat para prajurit yang terluka, tidak dirawat dengan baik. Obat-obatan yang minim ditambah dengan tidak diperhatikannya kehigienisan sering membawa akibat yang fatal bagi pasien. Peralatan untuk menyiapkan makanan bagi para pasien pun tidak tersedia.
Alhasil, dari 4.077 yang meninggal, sebagian besar meninggal karena penyakit tifus, tifoid (typhoid), kolera, dan disentri. Kenyataan yang demikian membuat Florence semakin yakin bahwa yang membunuh para prajurit justru kondisi tempat perawatan yang sangat buruk.
Sekembalinya ke Inggris, Florence mengumpulkan lebih banyak bukti yang disodorkannya kepada Komisi Kesehatan Angkatan Darat. Ia melaporkan betapa banyaknya prajurit yang meninggal akibat buruknya kondisi di barak-barak. Hal inilah yang kemudian memengaruhi karier keperawatan Florence.


WARISAN-WARISAN FLORENCE NIGHTINGALE

Salah satu warisan yang sangat berharga dari Florence ialah sistem kesehatan publik. Sistem tersebut menunjukkan keyakinannya akan hukum Tuhan, Sang Pencipta segalanya. Pendekatannya juga menyeluruh. Ia juga menekankan pentingnya kesehatan dan pencegahan penyakit secara konsisten. Ia mencetuskan perilaku hidup yang sehat dengan:

  • Rumah yang layak huni (sesuatu yang langka di masanya, bahkan bagi mereka yang hidup makmur);
  • Air dan udara yang bersih;
  • Nutrisi yang baik;
  • Kelahiran yang aman (tingkat kematian dalam proses kelahiran maupun pasca kelahiran karena demam, lebih tinggi);
  • Perawatan anak yang benar, yang ditunjukkan dengan tidak satu anak pun yang menjadi pekerja.

Florence juga memegang peranan yang sangat penting dalam mengangkat harkat para perawat. Meskipun bila kita cermati, hal ini sudah dilakukan sejak Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya membangun rumah sakit di Kaiserswerth, Florence Nightingale-lah yang berperan menaikkan derajat para perawat sebagai profesional yang dihargai. Pada tahun 1860, ia mendirikan Nightingale Training School bagi para perawat di Rumah Sakit St. Thomas.
Pada tahun 1860, karya terbaiknya, Notes on Nursing dipublikasikan. Karya ini menjadi penting mengingat di dalamnya terdapat prinsip-prinsip keperawatan yang meliputi pengawasan yang teliti dan sensitif bagi para pasien.
Selain itu, minat dan kemampuan matematis yang dimilikinya semenjak kecil membuat Florence menjadi salah satu tokoh yang turut berperan penting dalam hal statistik. Ia mengompilasi, menganalisis, dan mempresentasikan pengamatan medisnya dengan bidang yang juga dikuasai ayahnya. Salah satu peranannya ialah dalam mempresentasikan informasi secara visual. Ia bisa dikatakan memperbaiki "grafik kue pie" yang diperkenalkan pertama kali oleh William Playfair pada tahun 1801. Dalam penjelasannya di hadapan anggota parlemen, Florence menggunakan grafik yang menyerupai histogram melingkar yang kita kenal belakangan, mengingat para anggota parlemen terlihat tidak suka membaca atau memahami laporan statistik tradisional.
Belakangan, Florence mempelajari sanitasi di India dengan statistik yang komprehensif. Ia juga menjadi orang terkemuka yang memperkenalkan pengembangan pelayanan medis dan kesehatan publik di sana. Atas perannya ini, ia menjadi wanita pertama yang berbagian dalam Royal Statistical Society, yang juga menjadi anggota kehormatan dari American Statistical Association.
Selain mempromosikan keseragaman statistik di rumah sakit -- sehingga memudahkan perbandingan menyeluruh di seluruh negeri, Florence juga merupakan salah satu penguji data yang berkenaan dengan kesehatan dan keselamatan. Ia juga menjadi orang pertama yang memimpin studi tingkat kelahiran anak-anak Aborigin di daerah-daerah koloni Inggris.


TENTANG IMAN KRISTENNYA

Florence meyakini Tuhan sebagai Pencipta dunia, sekaligus Allah yang mengatur dunia dengan hukum-Nya. Ia percaya bahwa setiap doa yang kita panjatkan bukanlah untuk membebaskan kita dari segala macam penyakit dan kelaparan sebab Allah tidak akan mengirimkan wabah penyakit dan kelaparan. Sebaliknya, manusialah yang harus mempelajari pergerakan dunia secara sosial maupun natural guna mempelajari hukum-hukum Tuhan, lalu berperan sebagai rekan sekerja Allah. Synergii merupakan kosakata Yunani yang digunakan Florence untuk menyebutkan hal ini. Ia memandang Allah sebagai inisiator. Akan tetapi, kita berbagian dalam mewujudnyatakan pekerjaan Allah di dunia ini.
Florence juga sangat aktif dalam berdoa. Ia sangat yakin bahwa Tuhan pasti menjawab setiap doa yang dipanjatkan. Ia juga menyadari bahwa doa yang tidak dikabulkan sangat mungkin disebabkan oleh alasan yang baik bahwa manusia belum siap untuk menerima apa yang ia minta. Selain itu, Florence juga dengan tegas menolak konsep litani dalam ibadah. Dalam Notes for Devotional Authors of the Middle Ages, ia menulis,
"Litani -- apakah kita mengetahuinya lebih dalam, tidak pantaskah kita menyebut mereka tidak beragama? -- adalah mengatakan kepada Tuhan apa yang harus dikerjakan-Nya, kita mengajari Tuhan. Sementara menurut kita, doa merupakan sarana bagi Tuhan untuk mengatakan apa yang harus kita lakukan, mengajari kita yang Ia lakukan dengan hukum-Nya."


AKHIR HIDUP

Florence Nightingale meninggal dalam tugasnya pada tahun 1868 karena penyakit tifus. Hanya mencapai usia 48 tahun, ia telah berjasa besar bagi dunia medis, khususnya menetapkan fondasi keperawatan. Betapa perawat adalah profesi yang penting dan harus diperlengkapi dengan pendidikan khusus. Tidak heran, bila profesi ini kini menjadi profesi yang sangat mulia, jauh melebihi pandangan masyarakat Inggris sebelumnya.

Sumber Bacaan
Florence Nightingale Museum. 2003. Florence Nightingale, dalam http://www.florence-nightingale.co.uk/flo2.htm.

McDonald, Lynn. 2000. Florence Nightingale and the Foundations of Public Health Care, dalam http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/Public%20Health%20Care/dalpaper.htm.

______________. 2005. Florence Nightingale: Faith and Work, dalam http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/spirituality/faith.htm.

The Collected Work of Florence Nightingale. 2005. Florence Nightingale at Prayer, dalam http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/spirituality/Nightingale-Prayer.htm.

Wikipedia. 2007a. Florence Nightingale, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Florence_Nightingale.

_________. 2007b. Florence Nightingale, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Florence_Nightingale.

Jumat, 16 November 2007

Ada Apa di Bulan Mei...?!

Apa Ada Pada Bulan Mei
Bulan Mei …suatu bulan yang agak istimewa kerana di dalam ini terdapat beberapa hari yang telah dinobatkan sebagai hari tertentu untuk memberi pengiktirafan kepada golongan tertentu ….• Hari Buruh,• Hari Jururawat,• Hari Ibu,• Hari Belia,• Hari Guru, dan• Tambah satu lagi hari ulangtahun kelahiran aku ….
1. Hari Buruh (1Mei)
Hari pengiktirafan kepada warga pekerja. Hari ini bukan sahaja diperingati di bumi Malaysia bahkan seluruh dunia. Sewaktu aku bekerja dahulu, Hari Buruh ini tiada apa-apa artinya padaku melainkan aku dapat cuti 1 hari dan kalau overtime dibayar triple. Itu sajalah yang aku tahu. Buat warga pekerja SELAMAT HARI PEKERJA.
2. Hari Jururawat (12 Mei)
Hari ini merupakan hari untuk warga kejururawatan. Dulu aku tidak pernah mengenal hari ini tetapi setelah berkahwin barulah muncul hari jururawat dalam hidup aku kerana zaujahku [isteriku] adalah seorang jururawat. Dulu aku mengenali profession kejururawatan melalui matapelajaran tawarikh [sekarang dipanggil sejarah] yang dipelajari di sekolah rendah. Kami belajar sejarah mengenai Florence Nightingale (The Lady With The Lamp). Hari jururawat disambut seluruh dunia pada 12 Mei, itu merupakan hari kelahiran Florence Nightingale, kerana dia telah dikatakan sebagai pengasas profession kejururawatan.
Sering aku inginkan zaujahku bahwa Florence Nightingale bukanlah pengasas kejururawatan. Dalam sejarah Islam jururawat professional yang pertama adalah Rufaidah binti Sa'ad al-Aslami dari kaum Khazraj. Beliau adalah seorang shahabiah. Dia dilahir di Yathrib [nama awal kota Madinah] dan termasuk di dalam golongan yang pertama dari kaum Ansar yang memeluk Islam. Ayahnya seorang tabib (doktor), dan dia mempelajari ilmu kejururawatan ketika bekerja membantu ayahnya.
Ketika kota Madinah dalam proses berkembang, Rufaidah رضي الله عنها mengabdikan diri merawat kaum muslimin yang sakit, dan membina khemah di luar Masjid Nabawi ketika suasana damai. Dan ketika perang Badar, Uhud, Khandaq dan Khaibar beliau menjadi sukarelawan dan merawat tentera Islam yang terluka akibat perang. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم sendiri memerintahkan prajurit yang cedera dirawat olehnya. Contohnya sewaktu perang Khandaq, Sa'ad bin Mu'adh رضي الله عنه yang cedera telah dihantar ke khemah ‘perubatan’ yang dibina di medan perang Khandaq dan dirawat oleh Rufaidah رضي الله عنها.
Sejarah Islam juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah رضي الله عنها seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Aiman, Safiyah, Ummu Sulaim dan Hind. Selain itu jururawat Islam yang terkenal adalah Ku'ayibah, Aminah binti Abi Qays al Ghifariyah, Umm 'Atiyyah al Ansariyah, and Nusaibah binti Ka'ab al Maziniyyah, Rubayyi’ bt Muawwiz dan lain-lain. Maka sejarah ini perlu diperbetulkan kembali. Buat warga kejururawatan, SELAMAT HARI JURURAWAT. Jadikanlah para shahabiah ini sebagai role model kalian. Bukannya Florence Nighingale!


Kamis, 15 November 2007

Rahasia Air Zamzam

rekan-rekan tahu gak, sebenarnya di dalam air zamzam itu, tersimpan rahasia besar!!!! Apaan tuch........?! Air zamzam itu mengandung elemen-elemen alamiah sebesar 2000 miligram/liter sedangkan air mineral biasa hanya memgandung tidak lebih dari 260 miligram/liter. Dahsyat khann..!!!! em...em...yaitu didalamnya terkandung "positive ions" dan "negative ions" , dimana elemen- elemen ini yang jadikan air zamzam punya rasa yang sangat khas dan dipercaya dapat memberikan khasiat khusus.
Tidak seperti air mineral yang umum dijumpai, air zamzam memang unik, mengandung elemen-elemen alamiah sebesar 2000 miligram/liter. Sedangkan air mineral biasa, hanya mengandung elemen-elemen alamiah tidak lebih dari 260 miligram/liter. Dimana elemen-elemen air zamzam itu mengandung "positive ions" dan "negative ions", kandungan inilah yang menyebabkan rasa air zamzam sangat khas dan dipercaya dapat memberikan khasiat khusus .

USG Teknologi HD

Pabrikan asal Amerika Serikat yang memimpin pasar alat Ultra sound portable, SonoSite, Inc. memperkenalkan alat ultra sonografi atau USG baru. Alat ini didesain untuk variasi aplikasi klinik. fitur baru yang ditawarkan diantaranya kemampuannya untuk melakukan proses komputasi yang didukung oleh microsoft dan texas instruments. Selain itu, alat USG ini pun dipersenjatai dengan teknologi HD ( High Definition). Kemapuan alat USG seukuran laptop ini, tak kalah dengan alat USG yang biasa kita temui ( Dimensinya sangat besar). Alat ini mampu mengolah gambar dengan fitur andalannya SonoADAPT(tm) Tissue Optimization, SonoHD (tm) Imaging Technology, SonoMb (tm) Multi-beam imaging, Dual imaging, Duplex imaging, 2x pan/zoom capability, dan dynamic range and gain. (engadget.com/hr).